Gotong Royong dalam Gerakan Literasi Masyarakat

Gotong Royong dalam Gerakan Literasi Masyarakat

Akar falsafah lokal masih merambat begitu kuat di kedalaman hati orang-orang Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kebaikan masyarakat desa dan kota meskipun kenyataannya budaya urban telah tercampur aduk. Semisal, gerakan sosial masyarakat yang begitu masif di masa pandemi, satu sama lain saling menguatkan, baik secara fisik dan psikis, materi dan imateri, serta pikiran dan perasaan.

Gerakan sosial masyarakat Indonesia tidak perlu diragukan karena leluhur telah mewariskan DNA Gotong Royong sejak berabad-abad yang lalu. Harta karun tersebut hanya dimiliki masyarakat Bhineka Tunggal Ika, Indonesia Raya. Kenyataan tersebut memang diakui dunia yang meskipun realitas kebinekaan tersebut harus diuji isu-isu SARA. Namun, jiwa empati dan simpati masyarakat Indonesia telah teruji juga selama penjajahan hingga kemerdekaan diproklamasikan Bapak Bangsa.

Spirit gotong-royong juga begitu terasa dan begitu mudah terlihat pada gerakan literasi masyarakat yang dijalankan oleh para pegiat literasi di Indonesia. Gambaran nyata itu misalnya dapat dilihat dari gerakan yang dilakukan oleh Nursyida Syam di Lombok Utara, melalui Klub Baca Perempuan, Nursyida menjalankan falsafah hidup Mempolong Merenten yang sudah menyerap dalam laku kehidupan masyarakat Lombok Utara. Falsafah inilah yang mengikat setiap masyarakat Lombok Utara sebagai saudara, tanpa melihat perbedaan latar belakang agama dan kepercayaan. Laku gotong-royong juga dipertunjukkan oleh Yusrizal KW di Padang Sumatera Barat. Ia berhasil mengubah bukit Ase yang tak terurus menjadi kawasan yang asyik untuk melakukan berbagai aktivitas literasi sekaligus pusat pembelajaran.

Lakon para pengiat ini tersaji dalam diskusi daring Serambi Literasi sesi #5 yang mengakat tema “Ketahanan Sosial: Gotong-royong dalam Gerakan Literasi Masyarakat” yang digelar Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Ditjen PAUD, Dikdas,dan Dikmen, Kemdikbud, Jumat, 14 Agustus 2020. Selain menghadirkan Yusrizal KW dan Nursyida Syam sebagai narasumber, diskusi ini juga menghadirkan Dr Untung, M.Pd, Sub Koordinator Budaya Baca, Dit,PMPK, dan pengelola i-Boekoe, Faiz Ahsoul dari Yogyakarta.

Share this post